Saat ini, kita telah memasuki tahun baru Hijriah. Tahun yang merupakan tanda dimulainya pembentukan masyarakat yang Islam, yaitu setelah hijrahnya Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam dari Mekah menuju bumi Islam yang merdeka, Madinah Munawwarah. Penentuan dan penanggalan tahun hijriah belum dimulai sejak itu, akan tetapi baru dicanangkan di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khath-thab r.a., pada sekitar tahun ketiga atau keempat masa pemerintahannya.
Pada waktu itu, sahabat Abu Musa Al-Asy'ary menulis surat kepada Umar bin Khatthab selaku khalifah, yang isinya bahwa Umar memberikan beberapa kitab kepadanya yang tiada tertera tanggalnya. Lalu, Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat dan bermusyawarah dengan mereka tentang penanggalan Islam. Sebagian perpendapat agar memberikan penanggalan seperti penanggalan orang-orang Qurthubi, maka sebagian sahabat tidak menghendaki hal itu. Sebagian yang lain berpendapat agar penanggalan Islam seperti penanggalan Rumawi, maka sahabat yang lain juga menolak hal ini. Ada yang usul agar penanggalan dimulai berdasarkan kelahiran Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam, ada juga yang berpendapat agar dimulai sejak hijrahnya Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam dari Mekah menuju Madinah.
Maka Umar berkata, "Hijrah telah membedakan antara yang hak dan yang bathil, maka mulailah penanggalan Islam dengannya." Kemudian para sahabat menyetujuainya. Dan setelah itu mereka bermusyawarah mengenai di bulan apa sebaiknya awal tahun dimulai. Sebagian berpendapat agar tahun baru dimulai dengan bulan Ramadan, yang lain berpendapat dengan bulan Rabiul Awal. Namun, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib r.a. mengusulkan agar dimulai dengan bulan Muharram, yaitu bulan suci setelah bulan Dzul-Hijjah yang kaum muslimin telah melaksanakan Haji sebagai penyempurna rukun Islam. Selain itu, di bulan Muharram juga kaum Anshar melakukan baiat kepada Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam. Lalu dimulailah tahun baru Hijriah dengan bulan suci Muharram.
...suatu yang sangat disayangkan ketika kaum muslimin lebih mengutamakan penanggalan kaum Nasrani, yaitu penanggalan Masehi, dan melupakan penanggalan Islam, yaitu penanggalan Hijriah. Ini adalah sesuatu yang jarang disadari oleh kaum muslimin...Merupakan suatu yang sangat disayangkan ketika kaum muslimin lebih mengutamakan penanggalan kaum Nasrani, yaitu penanggalan Masehi. Dan melupakan penanggalan Islam, yaitu penanggalan Hijriah. Ini adalah sesuatu yang jarang disadari oleh kaum muslimin, bahwa orang-orang kafir menjajah mereka, ingin mengganti akidah, konsep hidup, dan budaya, termasuk penanggalan, agar seperti mereka. Na'udzubillah min dzalik. Sebenarnya, sekarang ini tidak ada lagi alasan bagi kaum muslimin yang berada di negeri-negeri Islam untuk tidak menggunakan penanggalah Islam Hijriah. Apalagi setelah diketahui bahwa para sahabat membenci penanggalan dan penamaan bulan dengan nama-nama dari Romawi, Persi, maupun dari nama lain selain dari nama Islam.
Karena bulan Muharram adalah bulan suci bagi kaum muslimin, maka sebagian orang menjadikannya sebagai hari besar yang harus diperingati. Sehingga sebagian kaum muslimin melakukan berbagai ritual untuk memperingatinya. Ada yang memperingatinya dengan mengadakan tabligh akbar, ada yang melakukan syukuran dengan makan-makan bersama. Padahal, peringatan ini tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat r.a.
Ada juga yang lebih parah dari itu bahwa sebagian mereka melakukan acara-acara yang pada hakekatnya adalah syirik. Seperti yang terjadi di daerah Yogyakarta, budaya larung sesaji bulan Muharram, di Surakarta ada arak-arakan kerbau yang bernama Kyai Slamet, di Gunung Lawu ada ritual khusus yang dilakukan oleh sebagian orang di malam tanggal satu bulan Muharram, dan masih ada segudang contoh yang lain. Ini membuktikan betapa tingginya tingkat kebodohan umat, sehingga mereka terjerumus ke dalam jurang kemusyrikan yang begitu dalam.
Dari sisi lain, biasanya, kaum muslimin saling memberikan ucapan selamat tahun baru hijriah sesama mereka. Sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan sunah Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam. Karena tidak ada contoh dari Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam, maupun dari para sahabat. Hal ini tidak perlu dilakukan.
Yang perlu kita lakukan adalah menyambut tahun baru hijriah ini dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, mengintrospeksi diri, melakukan pembenahan dan pembaruan terhapap amal-amal perbuatan kita yang rusak, memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, terutama keluarga, mulai istri, anak-anak, dan karib kerabat. Karena seseorang akan dimintai pertanggung jawaban nanti hari kiamat tentang mereka. Allah berfirman:"Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (At-Tahrim: 6).
Selain itu, hendaknya kita melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada kita dengan sebaik-baiknya, karena nanti di hari kiamat, anggota tubuh seseorang akan berposisi sebagai musuh baginya. Yaitu ketika Allah menutup mulut seorang hamba lalu tangan dan kaki dan anggota tubuh lainnya berbicara mengungkapkan apa yang pernah dilakukannya. Allah berfirman:
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, 'Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?' Kulit mereka menjawab. 'Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata', dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan'. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Ash-Shaffat: 20-23).
Pada Alquran terjemahan Depag diterangkan bahwa mereka itu memperbuat dosa dengan terang-terangan karena mereka menyangka bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan mereka dan mereka tidak mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka akan menjadi saksi di akhirat kelak atas perbuatan mereka.
Hendaknya kita berupaya menjadikan setiap tahun lebih baik daripada tahun yang sebelumnya. Pada hakekatnya, satu tahun berlalu, berarti satu tahun lebih dekat dengan kuburan. Maka, hendaknya kita mempergunakan sisa waktu kita dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah.
Sesungguhnya dunia tidak akan sejahtera kecuali dengan tegaknya agama. Kemuliaan, keagungan, dan ketinggian derajat tidak akan diperoleh kecuali bagi orang yang tunduk, patuh, dan berendah diri di hadapan Allah. Dan, keamanan serta kedamaian tidak akan terwujud kecuali dengan mengikuti konsep para rasul.
Jika bulan demi bulan dan tahun demi tahun berlalu dengan penuh penyimpangan dan kemaksiatan kepada Allah, berarti hal itu adalah istidraj dari Allah, yang akan berakibat kehancuran dan kebinasaan. Maka, hendaknya kita menghindari hukuman Allah dengan mentaati-Nya dan bertaubat kepada-Nya.
Di bulan Muharram yang suci ini, Nabi shallallaahu alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa, yaitu puasa sunah pada tanggal sepuluh. Dan, puasa ini adalah puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadan...Di bulan Muharram yang suci ini, Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk mengerjakan puasa, yaitu puasa sunah pada tanggal sepuluh. Dan, puasa ini adalah puasa yang paling afdhal setelah puasa Ramadan. Kemudian, untuk menyelisihi kaum Yahudi yang juga berpuasa di tanggal sepuluh bulan ini, maka Nabi Shallallaahu Alaihi Wasallam mengisyaratkan untuk berpuasa pula pada tanggal sembilan. Dan, puasa sunah bulan Muharram, akan menghapus dosa-dosa setahun sebelumnya. Hal ini berdasarkan beberapa hadis shahih. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar