JAKARTA - Budaya seks pra nikah di kalangan remaja dan pelajar di Indonesia, akhir-akhir ini, menunjukkan kecenderungan meningkat. Hasil survei yang dilakukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan, hampir dari separuh dari remaja di Indonesia telah hilang kegadisannya.
Melihat kenyataan tersebut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, Masri Muadz, bahwa perilaku itu merupakan peringatan dini bagi semua pihak.
“Kalau kami dari BKKBN justru melihat data ini sebagai early warning system (peringatan dini) terhadap gejala remaja kita. Apalagi data-data ini juga tidak nyleneh, begitu saja muncul. Itu ternyata penelitian yang konsisten meningkat dari tahun ke tahun. Nah, karena itu BKKBN menyiapkan program yang sangat serius. Kita kembangkan Pusat-Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja. Itu seluruh Indonesia, itu dibina oleh sekolah-sekolah, organisasi pemuda, oleh masyarakat, dan organisasi agama,” ujar Masri kepada okezone, belum lama ini.
Dia menilai, budaya seks pra nikah remaja tersebut merupakan kegagalan dari lembaga-lembaga formal dan non-formal yang sudah tidak bisa mengontrol perkembangan para remaja. Tapi, bukan sikap yang bijak bila hanya menyalahkan lembaga-lembaga tersebut.
“Meningkatnya perilaku seks pra nikah juga disebabkan kegagalan lembaga-lembaga formal dalam membentuk karakter remaja yang lebih baik. Meski demikian, kita tidak bisa menyalahkan satu sama lain. Kami pernah mencari, kenapa seks pra nikah di kalangan remaja ini trennya cukup naik. Ada lima kesimpulan dari para ahli yang menjadi faktor sehingga lingkungan para remaja berbuat seperti itu,” tutur dia.
Pertama, mereka sebut kehidupan rumah tangga yang semakin renggang. Tidak merasa di rumah saat berada di rumah. Kedua, lingkungan sekolah yang semakin kompetitif, sehingga para remaja dan mahasiswa itu juga tidak enjoy di sekolahnya.
Ketiga, lingkungan masyarakat semakin individualistik, semakin tidak peduli dengan sesamanya. Termasuk apa yang dilakukan oleh remaja ini.
Keempat, lingkungan media yang semakin permisif. Media cetak dan televisi masih lumayan terkontrol. Namun, media internet seperti website, jenis informasi yang paling buruk dan paling baik ada di situ.
Remaja mau klik, tidak ada yang kontrol. Masuk dia ke rumah yang baru yang disebut dunia maya, ada film Ariel, tidak bisa kontrol. Di waktu yang sama mereka merasa enjoy, satu dua jam mereka tidak terasa. Dan yang terakhir, lingkungan pergaulan antara mereka. Apa yang terjadi dengan pergaulan mereka, semakin intim, semua serba boleh. Di rumah merasa tidak enak, di sekolah tidak enjoy, dan di masyarakat tidak ada yang peduli.
Ditambah lagi di media sama-sama bisa ngeliat. Pengalaman yang sama itu ketemu antara mereka, saling cerita, saling curhat maka hubungan ini menjadi longgar. kesamaan pengalaman, kesamaan masalah.
“Lima kesimpulan para ahli itu oleh BKKBN akan dijadikan acuan untuk menanggulangi meningkatnya seks pra nikah. Rencana program BKKBN yang akan dilakukan adalah mengintervensi point nomor lima. Bagaimana pergaulan remaja itu tidak seintim dan sebebas itu. Dengan mengingatkan mereka, bahwa keputusan yang dia ambil itu berdasarkan cara pergaulan tersebut menentukan masa depan remaja tersebut. Kita sadarkan mereka supaya mengambil keputusan yang terbaik. Hal itu dilakukan melalui konseling dengan program PIK remaja,” imbuhnya.
Dikatakan Masri, program tersebut tidak mengintervensi semua kesimpulan temuan para ahli dari penyebab terjadinya pergaulan bebas di kalangan remaja.
Bagi dia, faktor yang paling menentukan adalah poin yang nomor lima. Sehingga pusat-pusat informasi ini akan dikelola oleh mereka dari mereka. Mendidik mereka yang mau dan menyebarkan imformasi kepada teman-teman mereka sendiri.
tidak ada kejahatan kalau di dalam hati ada Tuhan menurut Einstein...
BalasHapussetuju...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus