Memuat halaman...

Minggu, 12 Desember 2010

Jika Balita Sering Dirontgen


Detail Berita
Saat anak sering dirontgen (Foto: Getty Images)
SAAT anak sering batuk-batuk, dan diperiksa ternyata terkena flek paru, tentu membuat Anda sedih. Namun, Anda tak boleh tinggal diam.

Selama menjalani penyembuhan, Anda tentu menjalani foto rontgen dan tes darah. Pertanyaannya kini, adakah efek samping sering melakukan rontgen? Banyak dirontgen disebut akan terpapar radiasi yang berakibat buruk saat ia dewasa.

Memang dalam jangka panjang, paparan radiasi bisa memicu munculnya kanker. Namun tentu saja ambang dosis yang dibutuhkan untuk memicu kanker tidaklah sedikit. Sejauh ini radiologi yang digunakan untuk pasien masih dalam batas aman dan manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak daripada risikonya jika dilakukan dengan benar. 

Batas Aman Penggunaan Rontgen

Batasannya bukan pada berapa kali dalam setahun atau berapa banyak dalam kurun waktu tertentu anak boleh dirontgen, melainkan seberapa penting dan mendesak tindakan tersebut harus dilakukan.

Memang, efek radiasi pada balita lebih besar dibandingkan orang dewasa. Sehingga, dokter baru akan melakukan rontgen untuk tujuan operasi ataupun karena hasil tes lainnya tidak cukup menguak penyakit yang diderita. Dan bila dianggap perlu bayi yang baru lahir pun bisa menjalani tindakan tersebut untuk menegakkan diagnosis, ada tidaknya kelainan dalam tubuhnya. Perlu digarisbawahi bahwa permintaan foto rontgen harus berasal dari dokter yang menanganinya dan berdasarkan indikasi yg ditemukan.

Tidak masalah jika balita memerlukan pemeriksaan rontgen berulang. Contoh, pada anak yang diindikasikan memiliki masalah pada paru-parunya, sehingga perlu rontgen ulang sebagai bahan evaluasi setelah menjalani pengobatan. Selain jangka waktunya cukup lama, dosis rontgen yang digunakan pun sudah diminimalisir radiasinya sejauh masih bisa diperoleh gambar yang jelas. Mengenai dosis minimal yang diperbolehkan tentu sudah ada aturan bakunya, bergantung pada organ tubuh anak, termasuk berat badannya. Selama dosis yang digunakan tepat, kalaupun ada sel-sel yang terkena radiasi sinar rontgen ini biasanya akan segera pulih kembali.

Itulah mengapa pada kondisi tertentu di mana diagnosis hanya bisa ditegakkan berdasarkan hasil rontgen, meskipun harus diulang dalam jangka waktu relatif berdekatan, dokter akan tetap merekomendasikannya untuk kepentingan anak.

Indikasi Medis yang Wajib Rontgen!

Jangan asal meminta rontgen jika si kecil tidak memiliki indikasi medis tertentu. Agar tak salah, cermati beberapa indikasi medis yang disinyalir memerlukan pemeriksaan rontgen, di antaranya adalah:

- Sesak napas pada bayi.

Untuk memastikan ada tidaknya kelainan pada toraks (rongga dada). Pasalnya,  banyak penyakit yang memunculkan gejala sesak napas namun membutuhkan penanganan yang berbeda-beda.

- Bayi terus menerus muntah hijau.

Bila dokter mencurigai muntah yang disebabkan oleh sumbatan di saluran cerna.

- Masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.

Untuk indikasi yang ditimbulkan oleh organ-organ dalam tubuh biasanya terlebih dulu dilakukan serangkaian tes. Jika diperlukan evaluasi tambahan yang tidak dapat dilihat dari hasil tes sebelumnya, biasanya baru akan dilakukan rontgen. Misal, pada kasus TBC pada anak, biasanya terlebih dulu dilakukan tes mantub. Namun jika terdapat keluhan pada tulang, biasanya akan langsung dilakukan foto rontgen sebelum tes lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
terima kasih atas kunjungannya dan jangan lupa mampir lagi ea... ;)

abp kep. blitar.